Minggu, 13 Maret 2022

Hilang


Postingan perdana di tahun 2022. Tapi yang selanjutnya gw tulis ini bukanlah tulisan gw, tapi tulisan seseorang. Tulisan gw hanya di bait terakhir.

 

Hilang

Di semenanjung hati

Kau selalu sembunyi

Tak mau berbagi

 

Getir rindu yang kau hembus di setiap malamku

Akan selalu abadi

 

Cuma kamu

Badai taufan hujan aku rela

Cuma kamu

Hilang namun aku tetap rasa

Karena kau cerita hidupku

 

Ku masih simpan rasaku

Tiada yang tahu

Aku sungguh cinta kamu

Dan tak 'da yang mampu

Menembus jiwamu

Lewati dinding beku

Dikirim untuk yang kedua kalinya tanggal 30 April 2021, 17.07


Klo yang satu lagi ini, gw g tau judulnya apa. Masih dari orang yang sama


Ku jelang jingga langit

Lorong samping gereja

Banyak asa kubawa

Sambut p'rasaan surgawi


Gelora muda-mudi

Dan kunang-kunang rindu

Terpenuhi memori

'Kan percintaan lawan jenis


Kita terjang semua

Tanpa ada keraguan


Hanya berputar

Dunia ini hanya berputar

Dari kamu ke arahku

Jantungku ke jantungmu


Masalah hidup di sini

Bingar gairah yang ada

S'ribu bunga dengan kata

S'ribu tangis syarat makna

11 Mei 2021, 23:34


Tiada lagi suaramu
Aku kehilangan vitamin pagi dan malamku
Tiada lagi hadirmu
Aku kehilangan meditasi jiwaku
Selamanya merindumu..












Minggu, 10 Oktober 2021

 Gak Gitu Konsepnya

 

Setiap ada berita pendaki yang hilang atau cerita mistis yang terjadi di gunung, selalu aja ada komen yang isinya,,

"makanya klo di gunung tuh yang sopan" 

"mulutnya dijaga klo lagi di gunung"

Dan lain sebagainya yang intinya saat berada di gunung, kita harus beradab. Terus terang gw gak setuju akan hal tersebut.

Ketidaksetujuan gw bukan berarti gw menentang untuk berlaku sopan dan menjaga lisan saat berada di gunung. Bukan juga karena gw berpihak pada mereka yang berbuat atau berlisan seenaknya saat berada di tengah hutan. Bukan, bukan karena itu.

Ketidaksetujuan gw lebih karena saat kita berlaku sopan, bukan hanya karena lagi di gunung. Tapi dimanapun kita berada. Kita menjaga lisan, bukan hanya karena lagi di gunung. Tapi dimanapun kita berada, kita memang harus menjaga lisan. Ya kan? Gw gak setuju lebih karena gw merasa tidak tepat aja jika kita berlaku sopan hanya saat di gunung. Kenapa? Karena takut diganggu makhluk halus penghuni gunung? Kita manusia. Diciptakan Allah menghuni bumi sebagai khalifah, pemimpin, kenapa takut sama mereka? Dan jika kita berlaku sopan dan menjaga lisan hanya saat berada di gunung, sekali lagi, karena takut sama gangguan penghuni gunung, bukankah itu sama aja kita mengistimewakan 'mereka'? Takut sama 'mereka'? Jadi menurut gw, adalah hal yang salah jika kita bersopan santun dan menjaga lisan saat di gunung aja semata" karena takut sama makhluk halus. Tapi saat berada di rumah/kota/domisili kita, kita langsung bebas berbuat dan berucap seenaknya. Gak gitu konsepnya ferguso.

Jadi poin gw adalah, untuk berlaku sopan gak mesti nunggu kudu ada di gunung dulu. Untuk menjaga lisan, gak mesti ada di tengah hutan/alam dlu. Tapi dimanapun kita berada. Kita berlaku sopan, karena kita memang sopan. Kita gak berkata kotor, karena kita hanya berucap yang baik. Pribadi yang baik. Dan itu berlaku dimana aja dan kapan aja. Gak cuma di gunung. Itu poinnya 😊

Minggu, 22 November 2020

 Gunung Ter... Part II

 

Parah sih. Padahal tepat seminggu setelah gw nulis yang part I, gw udah lanjut nulis part II ini. Gw nulis di draft blog, tapi pas mau save ternyata gw salah klik dan berujung gw keluar tanpa save tulisan yang udah 2,5 jam gw ketik. Huaaa mau teriak banget rasanya! Tapi yaa mau bagaimana lagi. Kecerobohan sendiri. Akhirnya baru mulai nulis lagi lanjutannya ini ya sekarang, hampir sebulan kemudian. Aiihh.. Langsung aja kita lanjutgan.

 

Gunung Tergaknyangka: Rakutak

Rakutak adalah salah satu tujuan dari trip 4 hari, 4 gunung, 4 orang yang diprakarsai mendadak oleh Bek, tapi gw, Epa, dan Ali setuju. Makanya jadi dah ni trip gelo *ngakak. Nah berhubung mau 4 gunung dalam 4 hari, berarti kudu tektok kan tuh. Jadilah kita hunting gunung” ringkas. Salah satunya ya Rakutak ini.

Rakutak memiliki ketinggian 1922 mdpl, gak sampai 2000. Cabe rawit merah tapi treknya. Kualat sih. Pesan moral dari pendakian ke Rakutak adalah,, jangan ngentengin gunung. Walaupun ketinggiannya gak sampai 2000, bukan berarti treknya jadi woless. Dari yang estimasi 3 jam nyampe puncak, jadi 6 jam donk baru sampai puncaknya. Treknya cihuy. Dari yang niat awalnya tektok, jadi ngecamp. Perbekalan sampai air juga habis, karena niatnya tektok bukan ngecamp. Mantaplah gak nyangkanya.

Gunung Tergaknyangka kedua adalah Sindoro. Gw ke sindoro Maret 2014. Yang aslinya di tahun itu gw mau vakum naik gunung karena gw mau fokus nabung buat sertifikat diving. Karena gw gak bisa berenang (tapi demen banget diving dan snorkeling, hahhaha) jadi gw pengen ambil les berenang dan juga les diving. Bisa sih gw berenang, gaya bebas, gaya punggung. Tapi gw gak bisa ngapung. Klo airnya dalam, ya tenggelem gw. Melas betul.

Kenapa gw pengen punya sertifikat diving, karena gw pengen ke Raja Ampat. Waa ngetik namanya aja udah bikin gw mupeng parah. Tau sendiri kan yang terbaik dari Raja Ampat adalah pemandangan bawah lautnya. Dan gw pernah baca klo mau diving di Raja Ampat tuh gak sama kayak di pulau seribu atau seaworld yang bisa langsung diving. Di Raja Ampat kudu punya lisensinya, karena arus bawah lautnya yang kuat. Makanya harus penyelam berlisensi. Gak cuma sekedar pernah atau bisa. Klo gak punya lisensi diving yaa paling banter cuma bisa snorkel atau free dive. Kurang maksimal kaan..


Tapi ternyata ketika Caca, pria yang gw kenal saat trip ke Bromo, ngajakin ke Sindoro, gw langsung hayuk aja. Hahhahahaha.. terlihat betapa gw emang lebih mencintai hobi naik gunung sih dibanding hobi” gw yang lain. Selain itu, karena trip ke Sindoro lah akhirnya terbentuk PHP fam, grup jalan" terngaco gw. Dan tanpa disangka, pendakian ke Sindoro juga menjadi pembuka jalan gw menunaikan gunung” di Jawa Tengah.

 

Gunung Termistis: Ciremai

Naaahhh,, sebenernya klo ngomongin kejadian mistis di gunung tuh aslinya buanyak yang gw alamin. Tapi dari semua kejadian mistis yang pernah gw alamin di gunung, Ciremai lah juaranya. Jeng jeng jeeengg..

Di Ciremai (baca postingan gw catper gunung Ciremai di sini) untuk pertama kalinya dalam hidup, gw takut kesurupan. Karena saat itu banyak suara di kepala gw dan kepala gw jadi kayak full gitu loh. Mana saat itu pergi cuma berdua. Gw gak mau bikin temen jalan gw saat itu, Opik, jadi parno. Terlebih sehabis trip ke Ciremai ini, gw mau lanjut trip ke Semeru di bulan Agusutus sama Opik. Juga pas ngecamp, kami mendengar suara pisau yang diasah dan suara ngegali. Suara itu terdengar bergantian dan berulang, yang sumber suaranya tuh deket banget. Padahal gak ada pendaki lain. Opik bahkan berpikir bahwa itu adalah hari terakhir dia hidup. Kayak lo bakal di tusuk sama pisau yang lagi diasah itu dan dikubur di lubang yang sedang digali. Horror parah! Opik baru cerita ini pas kami udah turun dari Ciremai. Yaa tau sendiri lah klo ngalamin hal ganjil di gunung tuh jangan langsung diomongin saat itu juga. Jujur pas Opik cerita itu, gw ngerasain hal yang sama. Termasuk saat gw ngeliat casper, dan tenda yang digetok 2x saat Opik udah tidur. Dengan alasan yang sama, walaupun besok paginya, gw tetap gak mau cerita juga, ngga selagi gw dan Opik masih ada di Ciremai.

Selain itu, Ciremai lah satu”nya gunung yang di titik”nya banyak gw lihat botol isi air seni aka air kencing. Jadi, mitos yang beredar di kalangan pendaki adalah,, jangan mengencingi tanah Ciremai. Oh my God.. Gw pas lihat itu, seinget gw mulai pos 3 ke atas tuh, kesan pertama yang ada di pikiran gw adalah sedih dan jijik. Ya, sedih ngeliat Ciremai yang cantik parah tapi dikotori seperti itu. Klo kalian pendaki yang percaya atau takut sama mitos tersebut, itu hak kalian. Tapi pliss,, botol isi air kencingnya dibawa turun lah. Jangan ditinggal gitu aja. Asli jorok banget.

Jujur, seumur” gw naik gunung, gak pernah sekalipun gw ngomong “permisi ya” atau “saya gak ganggu kamu jadi jangan ganggu saya ya” atau “permisi ya numpang pipis/buang hajat” dan kalimat sebagainya ke mereka yang tak kasat mata. Ouh hell no!

Gw percaya bahwa Allah menciptakan manusia di bumi ini sebagai khalifah/pemimpin. Ya masa pemimpin takut sama yang bukan pemimpin. Tapi sebaik” pemimpin adalah pemimpin yang mengasihi dan Allah lah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Jadi gak ada alasan bagi gw untuk permisi ke mereka. Terlebih gw menganggap gunung sebagai rumah jauh gw. Yakali masa lo masuk rumah sendiri pake bilang permisi.

Yang selalu gw ucapkan saat masuk gunung ya, “bismillah, assalamualaikum (sebut nama gunungnya)” itu aja. Karena memang begitu kan adabnya saat kita masuk rumah, baik rumah sendiri maupun rumah orang lain. Baik ada orang di rumah maupun gak ada orang. Dan klo mau pipis atau pup, gw cuma akan bilang “bismillah”. Karena ucapan bismillah itu membuat jin dan setan gak bisa melihat aurat kita. Dan udah kebiasaan gw di rumah atau dimanapun juga gitu, tiap mau masuk toilet atau mau ganti baju, gw pasti akan mengucap bismillah.

Waktu di Semeru juga ada kejadian mistisnya. Gw ngeluarin pendaki yang kesurupan, 2x. In sya Allah gw bisa bedain mana gejala hipo, mana yang kesurupan. Dan saat itu gw tau si pendaki ini emang kesurupan. Saat itu entah dorongan dari mana, tapi gw ngerasa gw bisa nge-handle tuh pendaki. Padahal sebelumnya gw gak pernah menangani orang yang kesurupan. Dan reaksi aneh langsung terlihat ketika gw taro tangan gw di keningnya dia. Berikut percakapan gw dengan pendaki yang kesurupan itu, saat gw taro tangan gw di keningnya, dari yang awalnya dia ketawa" kenceng, langsung meringis dan bilang

“ampuuunn,, ampuunn. Saya Cuma mau main2”

“keluar lo!”

(ketawa”)

“Keluar gak lo!”

(nangis2 tapi abis itu si pendaki itu melek dan sadar)

Si pendaki itu langsung menatap gw dengan bingung, kok ada pendaki asing di tendanya dan temen”nya langsung melukin dia. Saat itu gw cuma pesen ke temennya, agar si pendaki ini jangan tidur dlu. Klo mau tidur, emang tidur yang direncanakan, bukan ketiduran. Berhubung dia udah lepas, ya gw langsung siap keluar dari tenda mereka donk. Dan begitu gw keluar, temen” gw yang cowo, 3 orang, ternyata udah nungguin di depan. Mereka khawatir. Dan gw inget banget Randi langsung bilang,

“Gila lo Ra, lo kan lagi dapet”

“Lah kan tadi lo yang nyuruh gw ke sini”

Jadi awalnya tuh emang si Randi nantangin gw untuk nge-handle si pendaki itu. Lah gw ditantangin, ya hayuk. Wkwkwkwk. Dan ya, sepanjang perjalanan di Semeru, naik dan turunnya, gw emang lagi mens. Tim gw tau karena sepanjang 18 jam di kereta, mereka solat, gw gak solat karena lagi mens. Dan banyak asumsi yang bilang bahwa perempuan yang lagi mens itu banyak ‘diikutin’. Tapi gw woles aja. Toh ini bukan pertama kalinya gw naik gunung dalam keadaan lagi mens. Dari jaman SMA pernah kok.

Oia, kejadian kesurupan itu terjadi 2x. Pas gw baru nyampe tenda gw dan bersiap tidur, tu pendaki kesurupan lagi. Asli kasian banget. Jadi, orang yang pernah kesurupan akan cenderung mudah untuk kesurupan lagi karena terlanjur ada ruang kosong dalam dirinya, sehingga lebih gampang 'keisi' dibanding mereka yang belum pernah kesurupan. Itu berlaku juga buat orang yang pernah dihipnotis ya. Akhirnya gw ke sana lagi. Dan si setan sempet ngeyel nolak bentakan gw untuk keluar dan jangan ganggu lagi tuh pendaki. Gw lupa deh ancaman apa yang gw pake untuk si setan biar gak songong, Cuma seinget gw bukan ancaman untuk merendam dia (si setan) di air Ranu Kumbolo, karena itu bener” bakal jadi ancaman pamungkas gw sih. Walaupun gw juga gak tau prakteknya bakal gimana. Tapi untungnya si setan mau keluar lagi.

Klo di Arjuno lain lagi ceritanya. Jadi awalnya gw pengen ke Arjuno tuh gegara baca sms temen gw, Iwan, yang baru banget turun dari Arjuno. Smsnya kurang lebih kyk gini,,

“Sumpah Ra kamu harus ke gunung Arjuno lewat Lali Jiwo. Pocong berderet disitu Raa. Gilak aku lewatinnya!”

Beuh, pas baca tu sms gw malah semangat donk. Wakakakakak. Langsung gw bales yang gak berapa lama Iwan npon dan ceritain kronologisnya tuh pocong berderet di sepanjang jalan ketika dia turun lewat pos Lali Jiwo. Alamak, penasaran lah gw. Setelah itu gw nyari tim donk buat ke Arjuno. Dan gayung bersambut, ajakan gw diterima oleh Fani.

Gw pun berangkat ke Malang dan nginep di rumah Fani. Dari jendela kamarnya Fani, itu kelihatan gunung Arjuno loh. Surga banget! Waktu itu Doni, anak php fam, lagi di Malang jadi gw ajakin dah ke Arjuno dan dia mau. Fani juga ngajak temen”nya. Mereka semua udah pada pernah ke Arjuno dan mau kesana lagi untuk nemenin gw. Aduh baik banget! Timakaci cemuahnya. Dari sekitar 10 orang jumlah tim, yang belum pernah ke Arjuno cuma gw dan Doni.

Awalnya Fani gak tau tuh niatan gw ke Arjuno karena mau liat pocong berderet seperti yang diliat Iwan. Tapi mendekati hari H, gw ngerasa ganjel aja klo gak cerita. Emang dasar pendaki, reaksi Fani santai aja pas gw cerita. E tapi rute pendakian akhirnya berubah. Jadi pos lali jiwo itu ada di jalur pendakian via Purwosari. Sedangkan gw jadinya lewat jalur Batu. Temen"nya Fani gak mau lewat Purwosari. Yaa,, gak ketemu dah si lali jiwo. Walaupun begitu, Fani tetap ingetin gw yang intinya jangan aneh” lah. Gw masih inget percakapan gw dengan Fani menjelang hari pendakian ke Arjuno;

“Fan, klo nanti di sana gw kesurupan, gimana Fan? Lo bakal ngapain?”

“Aku tinggal Ra”

“Buset”

“Abis gimana donk, aku kan gak ngerti cara ngadepin orang kesurupan gimana?”

“Iya juga sih”

“Nanti kan klo kamu udah sadar, kamu bisa turun sendiri Ra”

Kumenangiiiiisss. Tapi gw setuju sih sama jawaban Fani. Daripada daripada ya mendingan mendingan. Apa sih. Hahhahahaha. Pendakian ke Arjuno akhirnya benar’ dilakukan tapi mulus tanpa mengalami kejadian mistis.


Kejadian mistis di gunung juga gw alami saat pendakian ke Sindoro, Tangkuban Perahu, ini bukan kayak kebanyakan yang ke Tangkuban cuma liat kawahnya yang dipagarin itu ya. Yang turun dari kendaraan, jalan dikit langsung nyampe trus foto”. Bukan. Ini gw beneran naik via jayagiri sampai ke puncaknya. Selain itu juga di Kerinci, dll. Lumayan banyak lah. Huehheheheh.

 

Begitulah gunung Ter part II yang diisi dengan kategori tergaknyangka dan termistis. Mau Ter yang lainnya? Request aja via komen, nanti bisa dilanjutkan ke part III  ya. Terima kasih sudah membaca. 

 

Berbagi waktu dengan alam

Kau akan tahu siapa dirimu yang sebenarnya

Hakikat manusia.. - Ost Gie